Contact Us

Plaza Golden Fatmawati (D' best) Blok J 8
Jl. RS Fatmawati 15, Jakarta 12420

Ph : +62-21-75916012 - 16
Fx : +62-21-75915802 - 03
Email : tata@cbn.net.id
Web : www.tgp.co.id

picture

Our Work Area


picture

picture


HARI AIR SEDUNIA : SEJARAH, TEMA DAN MASALAH AIR SELAMA PANDEMI

Kompas.com, 22 Maret 2022

KOMPAS.com - Hari ini, Selasa (22/3/2022), merupakan peringatan Hari Air Sedunia. Hari Air Sedunia diperingati setiap tahun pada 22 Maret sebagai bentuk kesadaran dan upaya mencegah krisis air global di masa depan. Seperti kita ketahui, manusia tidak bisa hidup tanpa air. Demikian pula mahluk hidup lainnya di muka bumi, seperti tumbuhan dan hewan.


Sejarah Hari Air Sedunia

Sekitar 2,2 miliar manusia yang hidup di bumi, butuh akses terhadap air bersih yang cukup. Akan tetapi, air semakin berada di bawah ancaman ekstrim akibat pertumbuhan populasi, meningkatnya permintaan pertanian dan industri, dan memburuknya dampak perubahan iklim. Dilansir dari laman resmi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), ide Hari Air ini dimulai pada 1992, saat Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro berlangsung. Pada tahun yang sama, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi resolusi yang menyatakan tanggal 22 Maret setiap tahun sebagai Hari Air Sedunia. Peringatan pertamanya pun dilakukan setahun berikutnya, yaitu pada 1993 dan terus dirayakan hingga hari ini.


Kepedulian terhadap masalah air ini terus berkembang dalam kegiatan lainnya, seperti Tahun Kerja Sama Internasional di Bidang Air pada 2013 dan Dekade Aksi Internasional tentang Air untuk Pembangunan Berkelanjutan yang dimulai pada 2018 sampai 2028 mendatang. Tindakan ini dilakukan, karena negara anggota PBB percaya bahwa air dan sanitasi adalah kunci untuk pengentasan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan kelestarian lingkungan.


Tema 2022


Tema Hari Air Sedunia pada 2022 adalah tentang arti air bagi manusia, nilai sebenarnya, dan bagaimana kita dapat melindungi sumber daya vital ini dengan lebih baik. Lebih dari sekadar harganya, air memiliki nilai yang sangat besar dan kompleks bagi rumah tangga, budaya, kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan keutuhan lingkungan alam. Jika mengabaikan salah satu dari nilai-nilai ini, maka akan berisiko terjadi kesalahan dalam mengelola sumber daya yang terbatas dan tak tergantikan ini. Berdasarkan data UN Water dari PBB, saat ini 1 dari 3 orang hidup tanpa bisa memenuhi pasokan air minum dengan aman. Diperkirakan, pada 2050, akan ada 5,7 miliar orang yang tinggal di daerah kekurangan air, sedikitnya selama satu bulan dalam setahun.

Cuaca ekstrem telah menyebabkan lebih dari 90 persen bencana besar satu dekade terakhir. Diperkirakan pada 2040, permintaan energi global diproyeksikan meningkat lebih dari 25 persen dan permintaan air diperkirakan meningkat lebih dari 50 persen. Jika kita membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, maka dapat mengurangi tekanan kebutuhan air akibat iklim hingga 50 persen. Menjaga pasokan air bersih sangat penting. Hal ini juga untuk menjaga sanitasi yang memadai. Sanitasi yang buruk jadi awal berbagai penyakit, seperti diare dan stunting. Pasokan air dan sanitasi tahan iklim dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 360.000 bayi setiap tahun. Sekitarl 4,2 miliar orang atau sekitar 55 persen dari populasi di dunia tidak memiliki manajemen dan layanan sanitasi yang baik.


Masalah air selama pandemi Selama pandemi Covid-19, semua orang dianjurkan untuk selalu menggunakan masker, menjaga jarak, dan rajin cuci tangan. Kebersihan tangan sangat penting untuk menahan penyebaran Covid-19, serta penyakit menular lainnya. Akses air bersih otomatis menjadi kunci penting untuk mencegah penularan virus corona yang jadi penyebab Covid-19. Akan tetapi, berdasarkan data dari PBB melalui Sustainable Development Goal 6,  40 persen orang dari populasi di dunia atau sekitar 3 miliar orang tidak memiliki fasilitas untuk mencuci tangan dengan air dan sabun

(Sumber : Kompas.com)